Tuesday 9 June 2015

Menggagalkan Impian




Setiap orang ingin kehidupan lebih baik, kepribadian lebih baru, ketrampilan lebih banyak, dan uang lebih melimpah. Allah telah memberikan kita peluang dan kesempatan untuk mencapainya, tetapi kebanyakan diri sendiri-lah yang menggagalkannya. Sudah sunnatullah (hukum alam) setiap impian diwujudkan melalui proses yang bertahap dan berkesinambungan. Membangun disiplin, kerja keras, kebiasaan dan berbagai tindakan yang diperlukan untuk mencapai impian.

Ingin punya ilmu, kita harus belajar setiap hari, menghafal dan mengulang pelajaran. Kumpulan dari kebiasan itu yang selanjutnya menjadi kumpulan ilmu. Ingin punya hafalan Al Qur’an 30 Juz, diperlukan kebiasaan membaca, mengulang, mendengarkan kembali  terus menerus hingga hafal. Begitu juga, ingin menjadi orang kaya, perlu membangun mental kaya, memberikan manfaat ke banyak orang, menjual produk, disiplin investasi hingga kaya raya.

Setiap do’a, impian, kebaikan hidup, dan kebermanfaatan sudah menjadi hak setiap orang yang menginginkannya. Allah wajib mewujudkannya.

“siapa yang berdo’a kepadaku, maka akan aku kabulkan” (40:60)

Namun untuk mewujudkan impian, dibutuhkan ilmu. Salah satunya ilmu do’a. Makna do’a menurut ayat diatas bukan sekedar do’a menengadahkan tangan di pojokan masjid. Tanpa maksud mengecilkan ‘doing’ do’a seperti itu, saya  ingin meningatkan kembali makna do’a dalam ayat tersebut.

Do’a adalah kata benda, kata kerjanya berdo’a. Setiap benda memiliki unsur pembentuknya. Do’a unsur pembentuknya adalah pikiran, perasaan dan tindakan. Do’a yang dilakukan di masjid, saat sholat adalah do’a dari unsur pikiran dan perasaan. Do’a dari unsur tindakan jauh lebih penting.  Sholat  merupakan kumpulan do’a dalam bentuk pikiran dan perasaan. Paling penting adalah “do’a“ sehabis shalatnya, yaitu tindakannya. Menjaga ahlak dan berbuat baik kepada orang-orang disekitar.

Begitu juga impian. Impian merupakan bagian dari do’a. Dibentuk dari pikiran dan perasaan. Setiap keinginan di masa depan, awalnya diciptakan dahulu di pikiran, selanjutnya dirasakan di hati. Do’a tindakan penentu dari dikabulkannya do’a. Kebanyakan orang menggagalkan impian(do’a)-nya sendiri dengan menggagalkan tindakan-tindakannya.

Maksudnya menggagalkan impian ?

Kebanyakan orang lebih senang berdo’a dalam bentuk pikiran dan perasaan. Contohnya dalam sholat kita berdo’a meminta jalan yang lurus. Tapi do’a tindakan kita masih suka berbohong dan berbuat keji. Bagaimana ditunjukan jalan lurus sama Allah ?. Saat kita minta ampunan dan kasih saying Allah, tapi perilaku kita sulit memaafkan dan tidak berkasih sayang.

Impian dunia. Contohnya, ingin menjadi  manajer umum dalam < 5 tahun. Tapi bekerja standar saja, tidak belajar menjadi  manjer yang baik. Susah menjadi seorang manajer. Apabila di bidang penjualan, khususnya MLM. Ingin menjadi diamond leader. Sudah tahu, berapa kali sehari presentasi ke calon konsumen?, tapi yang dilakukan, malas-malasan dan hanya persentasi sedikit saja.

Apapun alasan yang anda punya, bisa diciptakan. Ingat “Manusia dapat menciptakan sejuta alasan untuk menggagalkan impian, tetapi pasti punya milyaran alasan untuk mencapai impiannya.”
Allah menggunakan kata “pasti” benar adanya, tidak berlebihan. Allah tidak memberikan janji kosong. Ia pasti memberi apa yang diminta. Sudah kewajiban Allah. Hanya saja, diri sendiri-lah yang mengagalkannya.

Bagaimana agar tidak mengagalkan impian ?

Impian (do’a) terdiri dari tiga unsur yaitu pikiran, perasaan dan tindakan.

Pikiran, terdapat dua unsur pembentuknya. Gambaran besar dan gambaran kecil. Gambaran besar berisi tentang apa yang diinginkan. Boleh rasional (masuk akal) boleh irrasional (tidak masuk akal) yang jelas harus transformasional (lebih baik dari sebelumnya). Bahkan do’a-do’a di islam merupakan do’a supertransformasional (hingga akhirat). Gambaran besar impian harus jelas tercatat di otak, tertulis di buku lebih bagus. Gambaran kecil do’a langkah-langkah dilakukan untuk mencapai impian tersebut, pada aspek ini harus rasional. Impian boleh tidak masuk akal, caranya harus masuk akal.

Contoh gambaran besar ingin menjadi anak yang berbakti kepada orang tua. Gambaran kecil, langkah detil yang dilakukan ?. Misalnya, menelpon orang tua, mencium dan memeluk hangat orang tua dan mendo’akan secara detail permasalahan yang sedang dihdapi oleh orang tua, dll. Contoh lainnya, Gambaran besar ingin punya rumah besar dan mobil bagus pribadi. Gambaran kecilnya : nyari uangnya darimana, beli bahan bangunannya dimana, bayarnya bagaimana dsb.

Perasaan, terdapat dua landasan yaitu niat (intention) dan alasan (reason). Apa niat ingin mencapai impian. Balas dendam, pamer atau ikhlas tulus ingin memperoleh kebaikan. Alasan terkait dengan dua hal mencapai kenikmatan atau menghindari sengsara.  Alasan dengan mengejar kenikmatan memberikan peluang bertindak sebesar 20%. Alasan menghindari kesengsaraan memberikan peluang tindakan sebesar 80%.

Pada tahap ini harus perasaan harus dinetralkan. Niat dan alasan kita akan mempengaruhi tercapai atau tidaknya impian. Di sinilah pemikiran dan perasaan bermain. Tahap paling krusial diantara tiga tahap lainnya. Tahap perasaan akan mempengaruhi tahap bertindak. Semakin tulus, bertindak semakin damai. Semakin bernafsu, bertindak berantakan.


Terakhir, bertindak. Kekuatan tindakan terdiri atas du hal yaitu fokus dan disiplin. Impian dan langkah yang sudah tergambar jelas saat tersusun di pikiran dan perasaan, tindakan berfokus mengeksekusi rencanan pekerjaan hingga selesai. Fokus  melakukan pekerjaan yang sedang dilakukan. Bertahanlah, lakukan hingga selesai. Tuntaskan. Sekecil apapun pekerjaannya, jangan ditunda, jangan diabaikan. Penundaan sekecil apapun, akan berpengaruh besar pada hasilnya. Disiplin wajib. Pekerjaan (impian) besar tidak bisa dilakukan hanya dalam waktu sehari. Kebiasaan harian, mingguan dan bulanan menentukan keberhasilan mencapai impian. Orang tua saja harus displin memberikan kasih saying setiap hari selama ± 20 tahun untk menghasilkan anak yang sholeh/solehah.


Sisi manusiawi akan teruji pada saat bertindak. Dalam perjalanan mencapai impian, ada faktor penghambat salah satunya nafsu dan malas. Saat hambatan itu datang, ingat fondasi do’a (pikiran dan perasaan), intension dan reason. Semakin ikhlas, lebih ringan menghadapi berbagai tantangan. Jangan sampai diri kita menjadi penggagal impian.      

No comments:

Post a Comment